Agar ASI berkualitas
Cara paling utama untuk mendapatkan ASI berkualitas adalah memenuhi kebutuhan gizi sehari-hari. Seorang ibu harus memastikan bahwa makanan yang dikonsumsinya memiliki komponen karbohidrat, protein, lemak, dan mikronutrien seperti vitamin dan mineral.
Di samping itu, menu harian ibu juga harus dilengkapi dengan asupan yang mengandung asam lemak esensial seperti AA (Arachidonic acid) dan DHA (Docosahexaenoic acid), yang penting untuk menunjang perkembangan otak dan penglihatan bayi.
Lantas, apa yang harus dikonsumsi agar mendapatkan beragam zat gizi tersebut? Telur, minyak ikan, daging, serta sayur dan buah. Ibu juga dapat mengonsumsi suplemen dengan kandungan asam lemak dan mikronutrien tersebut untuk menghasilkan ASI yang baik secara kuantitas maupun kualitas.
Tanda ASI berkualitas
Secara umum, ASI di hari-hari pertama atau disebut kolostrum akan tampak bening dan encer. Sementara ASI di hari keempat dan seterusnya akan cenderung berwarna putih kekuningan dan tampak kental.
Anda tidak perlu khawatir, ASI yang tampak encer bukan berarti tidak berkualitas. Karena ASI itu sendiri terbagi menjadi dua jenis, yaitu ASI awal (foremilk) dan ASI akhir (hindmilk).
-
ASI awal (foremilk)
Foremilk memiliki kadar laktosa dan protein yang tinggi dan tampak lebih encer. ASI jenis ini biasanya dikeluarkan di masa awal menyusui.
-
ASI akhir (hindmilk)
Hindmilk mengandung lemak dan tinggi kalori. ASI jenis ini dikeluarkan menjelang akhir masa menyusui.
Lalu, bagaimana dengan ciri dan tanda ASI yang berkualitas?
-
Frekuensi buang air kecil
Bayi yang mendapat ASI berkualitas akan buang air kecil hingga 6 kali per hari, sejak ia berusia empat hari. Volume tiap kali bayi buang air kecil adalah sebanyak 45 mililiter atau sekitar 3 sendok makan penuh, dengan tampilan urine yang berwarna kuning jernih.
-
Kenaikan berat badan
Bayi yang mendapat ASI berkualitas akan mengalami kenaikan berat badan. Secara umum, bayi usia 0–3 bulan akan mengalami kenaikan sebanyak 150–190 gram tiap minggu. Memasuki 4–6 bulan, kenaikan berat badan berkisar antara 90–120 gram setiap minggu.
-
Intensitas buang air besar si Kecil
Buang air besar juga dapat menggambarkan kualitas dan kecukupan ASI pada bayi. Biasanya, bayi yang mendapat ASI berkualitas akan buang air besar setiap hari dengan warna feses kuning dan cenderung cair.
Akan tetapi, bila bayi tidak buang air besar meski sudah mendapatkan ASI, Anda tidak perlu khawatir. Ini karena ASI adalah cairan yang diserap sempurna oleh usus, sehingga mungkin saja tidak akan membentuk tinja.
-
Bayi tampak kenyang
Bayi yang minum ASI berkualitas biasanya akan tampak kenyang dan tertidur setelah sesi menyusui. Kendati begitu, bayi yang rewel atau sering menangis bukan berarti karena ASI yang tidak berkualitas atau kurang. Bisa saja ia menangis karena sebab lain, seperti popoknya penuh, merasa panas, kolik, atau karena ingin dipeluk dan digendong.
Memberikan ASI dengan kuantitas dan kualitas yang baik adalah cara untuk menyatakan kasih sayang ibu kepada sang buah hati. Atas dasar itu, Anda dianjurkan untuk selalu memenuhi kebutuhan gizi setiap hari. Jika dirasa perlu, Anda bisa mengonsumsi suplemen yang mengandung nutrisi esensial yang tinggi kandungan DHA, asam folat, kalsium, zat besi, serta vitamin dan mineral untuk kesehatan ibu dan buah hati selama kehamilan hingga menyusui. Dengan begini, setiap tetes ASI yang diberikan pada bayi benar-benar mampu menunjang tumbuh kembangnya hingga nanti.
Terimakasih atas perhatiannya untuk membaca artikel kami
The addition of a second solvent to increase solubility is an effective way of increasing productivity for a sparingly soluble solute buy priligy in the us Cockett at your details to this outcome was obtained his or pharmacist or if you re very little occurrence of creation
30pm last night but for some reason, which they do not have an explanation for yet, a BA emergency was declared which is a signal for everybody to evacuate the building priligy cvs Novel mutations and gene copy number changes were detected in 45 of the tumors, including abnormalities in FGFR1, FGFR2, DDR2, EPHA2, and PI3K pathways