Sebagian masyarakat masih memilah dukun menjadi dua kategori, dukun baik dan dukun jahat. Atau dengan bahasa lain, dukun hitam dan dukun putih. Tapi, yang dijadikan alat pemilah berbeda-beda.
Melihat Jenis Perdukunan yang Dipraktikkan Ada yang menyebut dukun baik,
atau dukun putih jika praktiknya untuk menolong orang. Seperti untuk menyembuhkan penyakit, mencarikan barang hilang memberikan jimat penglarisan, atau memberikan kesaktian; untuk ‘kebaikan’. Tanpa melihat dari mana dukun itu mendapatkan kesaktian, yang penting digunakan untuk ‘kebaikan’. Adapun dukun hitam, atau dukun jahat adalah dukun yang melakukan praktik untuk mencelakai orang. Seperti dukun santet, dukun pelet, gendam atau dukun yang menggunakan kesaktian untuk kejahatan lain.
Dalam pandangan syariat, tak ada bedanya antara jenis dukun pertama dan kedua. Haram untuk mendatangi keduanya. Karena keduanya mendapatkan sumber amunisi yang sama, yakni setan. Makanya, Nabi mengancam seseorang yang mendatangi arraf dan kahin, padahal keduanya (seperti yang dijelaskan di depan) profesinya adalah mencari barang hilang yang disebut mereka sebagai orang pintar atau dukun putih. Yakni shalatnya tidak diterima selama empat puluh hari, seperti hadits yang telah penulis sebutkan di depan.
Dalam sebuah acara pengajian, seseorang pernah bertanya kepada penulis, “Ustadz! Kami ingin mengikuti suatu perguruan yang mencetak menjadi pendekar. Untuk naik tingkat dipersyaratkan untuk menyembelih ayam yang memiliki ciri-ciri khusus.” Ketika itu penulis menjelaskan sisi keharamannya. Karena menyembelih untuk selain Allah adalah syirik. Tapi penanya kurang puas dan berkata, “Kalau begitu kami tidak bisa sakti? Padahal dengan kesaktian itu kami bisa menolong banyak orang?” Penulis pun menjawab dengar perkataan seorang ulama Hasan bin Shalih yang menyebutkan; “Seringkali setan membuka sembilan puluh sembilan kebaikan, padahal yang dituju adalah satu keburukan yang fatal.”
Ya, setan menjanjikan banyak kebaikan yang bisa dilakukan dengan kesaktian. Padahal bukan itu yang dituju setan, tetapi kesyirikan. Sedangkan syirik itu membatalkan seluruh amal kebaikan, termasuk sembilan puluh sembilan kebaikan yang dia janjikan itu. Demi Allah, ini adalah tipu daya setan yang licik, banyak orang terjerumus dalam ranjau setan yang satu ini. Allah berfirman,
“Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu: “jika kamu mempersekutukan (Allah), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasukorang-orang yang merugi.” (QS. az-Zumar 65)
*Dukun Adalah ‘rasul’ Setan*
Sebagaimana dinukil oleh Prof. DR Umar Sulaiman alAsyqar dalam bukunya Alamul Jin wa Asy Syayathin , Ibnul Qayyim al-Jauziyah dalam kitabnya Ighatsatul Lahfaan menyingkap hubungan antara dukun dan setan,
“Dukun adalah utusan setan. Karena orang-orang musyrik menjadikan mereka sebagai nara sumber. Mereka mempercayakan kepada para paranormal itu dalam urusan yang besar, membenarkannya, berhukum kepadanya dan ridha dengan hukumnya sebagaimana para pengikut Rasul mengikuti Rasul. Manusia mempercayai bahwa dukun itu mengetahui yang gaib dan bisa memberitakan perkara-perkara gaib yang tidak diketahui orang lain. Maka kedudukan dukun bagi orang-orang musyrik itu seperti kedudukan Rasul. Oleh karena itu, dukun adalah utusan setan yang tulen. Setan mengutusnya kepada orang-orang musyrik sebagai pengikut nya. Mereka menyaingi para Rasul Ashshadiqiin hingga orang-orang musyrik menyahut seruannya. Mereka menyerupakan diri dengan para Rasul agar manusia lari dari para Rasul dan mengikutinya, lalu dukun-dukun itu dijadikan layaknya Rasul yang dipercaya bisa mengetahui hal-hal yang gaib. Karena keduanya (antara Rasul dan dukun) saling kontradiksi, maka Rasulullah bersabda,
“Barangsiapa yang mendatangi dukun atau paranormal, lalu membenarkan apa yang dia katakan, maka sungguh dia telah kufur terhadap apa yang dibawa oleh Muhammad.” (HR. Abu Dawud).
Benar, ketaatan pengikut dukun terhadap dukun adalah ‘ sebagaimana ketaatan pengikut Rasul kepada Rasul. Bahkan terkadang lebih. Bukankah mereka selalu mentaati perintah dukun meskipun berupa ritual yang berat untuk dikerjakan. Puasanya lebih berat dari Shaum ramadhan, semedinya lebih berat dari ibadah shalat, pun mereka tetap taat. Maka orangorang musyrik memposisikan dukun sebagai Rasul. Hanya saja dukun adalah rasul setan.
Mereka juga membenarkan kabar gaib dari para dukun, sebagaimana orang-orang beriman membenarkan kabar gaib yang disampaikan Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam Maka, manusia terbagi menjadi dua, pengikut Rasulullah, atau rasul setan (dukun). Maka tak ada dukun yang baik, semua jahat dalam pandangan syariat.
? Dukun Hitam Dukun Putih, Penulis Buku Ustdz Abu Umar Abdillah.
Salam Ukhuwah dari Musafir